Minggu, 17 Maret 2013

Kepada Sang Hujan

Dear, hujan
bahkan kau tak sadar ku memanggilmu demikian. Tapi, tak apa.. Lebih baik begini, daripada ketika kuungkapkan, malah mendebu di hati kita.. Aku tak ingin itu. Lebih baik rasanya jika kubagi dalam diam,

Aku hanya cerita setiap gurat rasa itu pada-Nya, menatap lekang lantai kamar, temaram cahaya lampu kamar.. Memohon agar dikuatkan pendirian ini.
Sudah cukup bodoh hidupku beberapa tahun silam.. Rekaman tentang hujan sore kita, persahabatan yg entah dilandasi apa, malu-malu karena apalah, menghabiskan waktu dimanalah.. lazim sekali tampaknya saat itu..

This was better than Love
namun, kalimat tabu itu terucap tanggung, membuat nada canggungmu meningkahi alur percakapn kita..
Ah, bahkan mungkin kau telah lupa. Sementara aku? Hatiku pengingat yg baik..
tapi, sudahlah.. biarkan itu menguap.. Layaknya spion, ku gunakan itu hanya sebagai refleksi..

Bagaimanapun, aku manusia. Ada perasaan di dalamnya, ada pita rekaman di hatinya.
Allah ingin aku belajar, menarik garis perak di balik awan, begitu kata frase idiom inggris..
Aku bersyukur hadir'y sang hujan, bulir hujan yg sebentar lagi mungkin jadi berlian..

Tak pentinglah pertanyaan : bulir hujan itu serupa butiran atau mirip benang?? karena kehidupan seperti jutaan alegori yg tak habs dilukis dalam tiap kata..
Hujan, Berlian, atau apapun sebutan..
kau kan tampak hebat | dengan atau tanpa aku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar